Sabtu, 16 Maret 2013

Sejarah Lisan



                    I.            Bersamaan dengan kecenderungan ke arah dekolonisasi dalam penulisan sejarah  di Indonesia itu, di kalangan penulis-penulis sejarah tentang Indonesia timbul gagasan untuk berpinda dari penulisan sejarah yang “Europe centric”  ke sejarah yang “Asia centric” .
                 II.            Keinginan untuk adanya suatu sejarah indonesia yang ilmiah seperti dinyatakan dalam Seminar Nasional 2 di Yogyakarta pada tahun 1970. Keinginan itu telah memperluas ruang lingkup penulisan sejarah dengan masuknya penekatan-pendekatan baru.Sekalipun gema dari seruan sejarah ilmiah itu kebanyakan masih terbatas pada penulisan-penulisan skripsi dan tesis di perguruan-perguruan tinggi,kiranya kesadaran baru tentang penulisan sejarah sudah mendapatkan momentumnya.
               III.            Dalam dekade 1970-an ini ada usaha untuk menyelenggarakan suatu program sejarah lisan yang dikelola oleh Arsip Nasional bekerja sama dengan para sejarawan dan perguruan tingg. Jalan pertama yaitu permintaan untuk adanya sejarah nasionalistik merupakan pembaharuan dalam tingkat teori sejarah,dan jalan kedua adalah sejarah yang ilmiah merupakan pembaharuan dalam pendekatan metodologi maka jalan ketiga yaitu sejarah lisan ialah pembaharuan dalamm metode.
              IV.            Sejarah yang semula bersifat cerita yang semata-mata diskriptif dan diakronik mulai menuju ke arah tulisan yang analitis dan sikronis.Dengan demikian penulisan sejarah mencoba memperluas dimensi-dimensi yang disoroti, sehingga sejarah multi dimensial hampir-hampir tercatat dalam setiap tesis semua mahasiswa sejarah.
                 V.            Sejarah kuantitatif sama sekali belum mendapat perhatian dari penulis-penulis sejarah,barangkali keterbatasan kebanyakan penulis sejarah dalam pengetahuan statistik masih melangkakan kemajuan di bidang ini dipastikan sejarah lisan lebih laku di pasaran,teknik ini dipakai semua cabang ilmu sosial,termasuk jurnalistik.
              VI.            Tradisi lisan merupakan sumber  sejarah yang merekam masa lampau.namun kesejarahan tradisi lisan barulah terungkap sebagian dari isi tradisi lisan itu, selain itu mengandung kejadian nilai-nilai moral,keagamaan, adat-istiadat, cerita khayali, peribahasa, nyanyian, mantra.Tradisi lisan dengan demikian menjadi sumber sumber penulisan bagi antropolog dan sejarawan.
            VII.            Berbeda dengan tradisi lisan,sejarah tidak di dapatkan tetapi dicari dengan kesengajaan.teknik wawancara sudah lama dikenal, bahkan Herodetus pada abad ke-5 sm,sejarah lisan sebagai teknik dan metode kemudian juga digunakan oleh para penulis zaman Romawi,Pertengahan dan Modern.
          VIII.            Pada pertengahan pertama abad ke-19 sejarah lisan mendapat kritikan tajam dari Leopold von Ranke yang mementingkan kesaksian dokunenter.Sejarah lisanpun terus berjalan,di abad ke-20  sejarah lisan memperoleh kembali kekuatanya setelah ada teknologi baru dalam perekaman suara dengan munculnya pita tape. Dengan ini pencatatan wawancara menjadi mudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar